CORELDRAW: MENGATUR FILM UNTUK SABLON BERBEDA    DENGAN UNTUK OFFSET    
Sebelum  kita  membahas bagaimana mengatur film untuk sablon dan untuk offset,  terlebih dahulu kita mendifinisikan apa itu film untuk offset dan  sablon.
Pengertian film: adalah suatu lembar transparan  (plastik atau kertas kalkir) yang berisikan gambar hasil print out dari  komputer ataupun gambar tangan, yang nantinya gambar tersebut akan kita  transfer ke media berikutnya dalam urutan proses cetak (misalnya screen  atau plat).
Nah, untuk teknik cetak offset, gambar yang telah  kita buat tinggal kita simpan dalam media penyimpanan data baik itu  disket, cd atau flash disk, kemudian kita bawa ke penyedia jasa output  film.  Penyedia jasa output film inilah nantinya yang akan melakukan  output gambar yang kita  buat tadi menjadi film yang siap untuk proses  pembuatan plat atau master.
Tergantung dari pewarnaan gambar yang kita buat, film yang dihasilkan merupakan hasil pemisahan warna per warna (separasi) yang secara otomatis dilakukan oleh peralatan (mesin) output film. Tanda-tanda register, color calibration bardll, semua diatur oleh mesin/peralatan output. Kecuali untuk cetakan satu warna dengan mesin offset kecil dan menggunakan master (basah atau kering), film bisa berupa hasil print out printer laser diatas kertas.
Tergantung dari pewarnaan gambar yang kita buat, film yang dihasilkan merupakan hasil pemisahan warna per warna (separasi) yang secara otomatis dilakukan oleh peralatan (mesin) output film. Tanda-tanda register, color calibration bardll, semua diatur oleh mesin/peralatan output. Kecuali untuk cetakan satu warna dengan mesin offset kecil dan menggunakan master (basah atau kering), film bisa berupa hasil print out printer laser diatas kertas.
Sedangkan untuk film sablon, lebih sering  kita harus  melakukan pemisahan warna per warna terlebih dulu, memberi tanda  register yang sama persis untuk setiap warna yang kita pisahkan sebelum  gambar kita output menjadi film.  Kita tidak mesti harus membawa ke  penyedia jasa output film.  Kita bisa output sendiri film tersebut  dengan printer yang dapat mencetak di atas lembar transparan dan  memiliki ketajaman yang tinggi (printer laser).
Perbedaan utama  antara film sablon dan film offset dapat kita sebutkan diantaranya adalah :
1. Tanda register yang untuk sablon biasanya harus kita buat sendiri, terutama untuk gambar dengan dua warna atau lebih.
2. Besarnya masukan (overprint) antara warna satu dan warna lainnya.
3. Teknik pemisahan warna untuk warna gradasi.
4. Nilai raster (lpi) untuk gambar-gambar dengan gradasi warna ataupun separasi.
Ada baiknya kita pelajari satu per satu. 
1.   Tanda register
Misalkan kita memiliki gambar logo  sebuah hotel yang terdiri atas tiga warna seperti di bawah ini: 
           Sebelum kita melakukan pemisahan  warna gambar tersebut, kita mesti memberikan tanda register.  Biasanya  berupa garis tipis saling silang atau dengan tambahan lingkaran di  tengahnya.  Tujuannya adalah untuk memudahkan penyocokan gambar warna  per warna bila sudah berbentuk film, serta untuk pengaturan posisi film  di atas screen agar  lebih mudah dan lebih tepat.  Untuk proses sablon,  pencetakan dilakukan secara manual (dengan tangan).  Penempatan screen  di atas meja sangat menentukan ketepatan gambar hasil cetakan.   Pengaturan posisi gambar di atas screen juga menentukan pengaturan  screen di atas meja.  Penempatan  posisi gambar di atas screen yang  tidak sama antara warna satu dengan warna  lainnya akan menyulitkan  operator cetak, bahkan dapat membuat hasil cetakan yang tidak pas  (berbayang, tidak “pasti”).
Gambar di atas terdiri dari tiga  warna, yaitu kuning, orange dan biru.  Setelah kita pisahkan warna per  warna, maka kita akan memiliki tiga gambar seperti berikut: 
            Gambar yang lebih di atas merupakan  hasil pemisahan dari tiga warna gambar, yaitu kuning (gambar bintang),  orange (dasar dan tulisan “five star hotel”) serta biru (logo tengah).    Untuk menjadi film, semua gambar harus berwarna hitam. Sehingga  gambar-gambar tersebut akan menjadi seperti gambar yang berada di  barisan bawah.   Perhatikan bahwa tiap gambar dengan tanda register  merupakan kumpulan  objek-objek dengan warna yang sama.  Apabila di atas  warna tersebut terdapat warna lain (di atas dasar orange ada bintang  dengan warna kuning), maka warna lainnya di buat menjadi putih.            
Langkahnya adalah pertama kita  melakukan duplikasi gambar besertat tanda registernya sesuai dengan  jumlah warna dalam gambar tersebut. Misalnya gambar memiliki tiga warna,  maka setidaknya kita melakukan duplikasi menjadi tiga gambar yang sama.   Kemudian pada setiap gambar kita hanya mengambil objek-objek dengan  warna yang sama saja.    Objek dengan warna lain kita hapus atau kita  beri warna putih seperti pada contoh di atas tadi.          
2.      Besarnya Masukan (Overprint)      
Pencetakan  dengan sablon adalah pencetakan manual dengan menggunakan screen.   Namanya juga pencetakan manual,  pastilah memiliki tingkat ketelitian  dan ketepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan mesin.   Karena itu, penempatan warna satu dengan warna lainnya tidak bisa  setepat dengan menggunakan mesin.  Ambil contoh gambar kita tadi.   Dengan teknik sablon, gambar tadi akan mengalami tiga kali proses cetak:  yaitu pertama dicetak warna kuning (gambar bintang), kemudian warna  orange (tulisan dan dasar), lalu terakhir warna biru (logo).  Urutan  cetak dimulai dengan warna yang paling muda, diikuti oleh warna yang  lebih tua dst.      
Karena  memiliki tingkat ketepatan yang lebih rendah dari pencetakan dengan  mesin, hasil cetakan dengan sablon lebih sering mengalami apa yang  disebut dengan misregister atau warna meleset (lihat gambar di bawah).   
            Untuk mengatasi hal tersebut, film  untuk sablon biasanya diberi nilai overprint (biasa disebut dengan  istilah “masukan”) yang lebih besar.  Tergantung dengan besarnya gambar,  nilai tersebut tidak boleh lebih kecil dari 0,2 mm.  Jika kita  memberikan nilai yang terlalu kecil, maka akan terjadi misregister atau  warna meleset pada saat pencetakan.   Sebaliknya, nilai masukan yang  terlalu besar juga akan menghasilkan cetakan yang seperti memiliki warna  lain di luar warna yang kita gunakan.
Pengaturan pemberian masukan untuk  film sablon adalah: untuk gambar dengan warna yang lebih muda, gambar  tersebut  kita perbesar sedikit  dengan perintah contour (+ 0,2 mm)  ataukah dengan memberikan outline (+0,4 mm).  Jadi untuk contoh gambar  kita, gambar setiap bintang kita perbesar dengan contour ke arah luar  sebesar 0,2mm atau dengan memberikannya outline sebesar 0,4 mm. 
Sedangkan untuk warna yang lebih tua kita buat tetap seperti adanya.            
3.   Pemisahan Warna Untuk Warna Gradasi 
      Film gradasi warna untuk sablon  biasanya terdiri atas warna blok dan warna gradasi dengan titik awal  warna putih. Misalnya kita punya gambar dua warna gradasi dari kuning ke  merah.   Film untuk sablon yang kita buat akan terdiri dari satu film  blok (mewakili    warna kuning) dan satu film yang merupakan hasil  penukaran warna merah dengan hitam dan kuning dengan putih.( lihat  gambar).  Warna kuning kita buat menjadi satu warna blok (full hitam),  karena kuning lebih “muda” dari merah.      
4.      Nilai Raster (Untuk Gradasi Warna atau Separasi)   Screen yang digunakan dalam teknik  cetak sablon memiliki ukuran-ukuran yang menunjukkan tingkat kerapatan  mesh yang digunakan.  Ini dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa  besar “lubang-lubang” yang dapat ditembus oleh tinta sablon.  Makin  besar angka mesh screen, makin kecil lubang-lubang itu.  Begitu  sebaliknya.  Perbedaan jenis tinta yang kita gunakan dalam pencetakan  akan menentukan nilai mesh screen yang kita pakai.  Untuk jenis tinta  plastisol atau oil ink misalnya, kita bisa menggunakan screen  dengan nilai mesh 130 – 150.   Tetapi nilai mesh tersebut tidak bisa  kita pakai untuk jenis tinta rubber atau glitter.  Tintanya tidak akan  tembus.  Untuk jenis rubber biasanya digunakan screen dengan mesh 110  atau kurang.
Sebelum kita membuat film untuk warna  gradasi atau separasi, sebaiknya kita mengetahui dulu jenis tinta apa  yang akan digunakan dalam mencetak.  Ini nanti untuk menentukan seberapa  besar nilai LPI yang kita tetapkan pada saat output film.  Untuk film    sablon, nilai LPI yang digunakan biasanya tidak akan lebih besar dari  60.  Itu bisa digunakan untuk jenis tinta water base (pigmen), oil ink,  ataupun plastisol.  Sedangkan untuk jenis tinta rubber, nilainya harus   lebih rendah dari itu.  Biasanya maksimum digunakan 50 lpi, lebih  sering digunakan nilai 30 – 35 lpi.                     


Tidak ada komentar:
Posting Komentar